Monday, February 27, 2012

Sepercik Tentang Eksekusi Mati Tibo, cs

Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu, 3 petani miskin dari Beteleme, berjalan ratusan kilometer menuju Poso dengan misi menyelamatkan puluhan anak asrama, pastor, dan suster setelah mendengar kabar bahwa gereja Santa Theresia mau diserang.
Setibanya di gereja, mereka berhasil menyelamatkan pastor, suster, dan anak-anak asrama dari amukan kelompok putih[1]. Gereja Santa Theresia hangus dilalap api. Tetapi di balik itu ada pihak-pihak lain yang bergembira. Mereka berhasil menjebak Fabianus Tibo, dkk dalam sebuah  perangkap besar. Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu dituduh
menjadi otak di balik terjadinya kerusuhan Poso. Mereka diancam dibunuh oleh panglima perang Pasukan Merah[2], Paulus Tungkanan. Akhirnya setelah didesak mereka menyerahkan diri kepada tentara, bukan polisi, dan diadili tanpa saksi yang bersih.
Mereka yang tidak bisa membaca dan menulis harus diperiksa dan dipaksa tanda tangan tanpa didampingi oleh pengacara. Kesaksian mereka ditolak oleh para petinggi hukum, dibentak hakim agar mengaku salah, dan akhirnya divonis hukuman mati.
Pengadilan tinggi, Mahkamah Agung, Presiden, Wakil Presiden, Kapolri, Jaksa Agung, semua senada untuk menolak peninjauan kembali tentang kasus Tibo, dkk, Pokoknya MATI !! Kapolri memecat Kapolda Sulawesi Tengah, Oegroseno,seorang pemberani yang menjadi korban di balik pengadilan sesat bangsa ini setelah berusaha keras untuk melepaskan Tibo dkk dari hukuman mati.
Kota Poso gelap gulita, dunia menangis. Mereka berorasi, berdemo, mengumpulkan tanda tangan, tapi apa yang di dapat? Penguasa negeri telah buta, hatinya terpasang perisai besi. Hukuman mati telah menjadi keputusan akhir di balik canda tawa pihak yang tak bertanggung jawab.
Yesus Kristus tak tinggal diam. Ia meneguhkan Dominggus da Silva. Novena diajarkan Bunda Maria kepada Marinus, dan Roh Kudus turun ke ruang isolasi Fabianus Tibo. Hati ketiga terpidana mati menjadi tenang, tak ada dendam maupun sesal yang di dapat.
Saat itu, Jumat dini hari, tiga regu tembak pencabut nyawa bersiap menggiring tiga orang tak berdaya ke tempat pembantaian. Timah panas telah dihujamkan, mereka disiksa dan dibunuh, terjatuh ke tanah tanpa nyawa. “Tuhan, ampunilah mereka,”  sebuah untaian kalimat yang terucap dari mulut Marinus Riwu. Kata-kata yang mirip dengan kata-kata yang diucapkan Yesus dari atas kayu salib. Begitu pula dengan Marinus Riwu, kata-kata itu ia ucapkan ketika berada di atas bangku eksekusi, sesaat sebelum menjelang ajalnya.
Mereka telah wafat pada hari Jumat sebagai Martir Suci.  40 hari setelah peristiwa pembantaian jatuh tepat pada Hari Semua Orang Kudus. Penyaliban Yesus yang terjadi 2000 tahun yang lalu, kembali terulang pada zaman ini lewat diri mereka.

Demikianlah sekilas peristiwa kronologis yang terjadi di balik kasus eksekusi mati Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu. Sebagai penganut agama Katolik yang taat, mereka berani untuk memperjuangkan iman mereka dibalik kasus kerusuhan yang terjadi di kota Poso. Mereka  divonis sebagai otak dari kerusuhan tersebut dan akhirnya dihukum mati. Eksekusi mati Fabianus Tibo, Cs yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesiatelah mengundang banyak kontroversial yang perlu untuk ditelaah.
Martir yang merupakan terjemahan dari kata Martyr (Inggris), Martur = martus, marturos (Latin, Yunani) adalah orang yang dihukum mati karena mempertahankan iman Kristen, patuh terhadap hukum Gereja serta mempertahankan kebenaran agama.[3]
Pada dasarnya setiap orang memiliki jiwa sebagai martir, tetapi mereka cenderung mencari rasa aman sehingga lebih memilih merelakan imannya daripada mati untuk mempertahankan iman mereka. Tetapi banyak orang telah mati sebagai martir. Mereka memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap iman yang mereka yakini sehingga sungguh-sungguh berani untuk meneteskan darah dan mati demi memperjuangkan imannya. Dari banyak martir tersebut, banyak pula martir yang belum teridentifikasi dan terkesan diabaikan begitu saja padahal kisah hidup mereka dapat menginspirasi banyak orang untuk belajar memperjuangkan iman pada zaman sekarang ini. Munculnya rasa kemartiran dalam diri para martir disebabkan karena mereka memang memiliki sebuah kedekatan yang mendalam dengan Tuhan sehingga berani merelakan nyawanya sendiri untuk mempertahankan imannya.
             Hampir enam tahun sudah peristiwa “penyaliban” Tibo, cs terjadi. Hati penulis terasa terpukul ketika kasus ini sepertinya dibiarkan begitu saja oleh pemerintah. Tidak ada evaluasi khusus yang berkaitan dengan hal ini. “Saya yakin betul mereka tidak bersalah dan kini berada di Surga,”  Perkataan dari Romo Jimmy Tumbelaka, Pr sebagai pembimbing rohani Fabianus Tibo dkk itulah yang semakin menguatkan  kebenaran yang terjadi di balik kasus eksekusi mati Fabianus Tibo, Dominggus da Silva dan Marinus Riwu. 
Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu telah berpulang kepada Allah di Surga. Mereka telah menunaikan tugasnya di dunia dengan baik. Mereka yang tidak tahu-menahu tentang kekerasan, telah dituduh dan dihukum mati oleh kekejaman dunia politik di tanah ini. Ketegakan hukum di Negara Indonesia belumlah setegak bendera Merah-Putih yang selalu berkibar di Istana Kepresidenan. Aneka penggelapan dan rekayasa di sana-sini telah membutakan mata hati para aparat hukum untuk hidup bersih dalam proses pengadilan. Kasus Fabianus Tibo, dkk hanya salah satu kasus yang muncul dari sedemikian banyaknya kasus yang tidak beres diselesaikan dengan objektif dalam dunia peradilan Indonesia. Biarlah kasus ini menjadi pelajaran yang berharga bagi masyarakat Indonesia. Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu menghadapi kematian tanpa dendam dan marah. Mereka ikhlas menjadi korban rekayasa, bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka tahu bahwa Tuhan telah merencanakan yang terindah untuk mereka. Ketulusan hati ketiga terpidana mati telah memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk tetap kuat dan tegar menghadapi situasi yang ada. Mereka berani berkorban sekalipun harus merelakan nyawa mereka kepada regu penembak.
Kasus ini merupakan cermin dari ketidakberesan dalam proses peradilan di Indonesia. Mereka telah memberikan pelajaran yang sungguh-sungguh berharga kepada seluruh elemen masyarakat, kecuali jika para pemimpin bangsa beserta aparatnya tetap menutup mata kepada setiap kasus yang merugikan orang-orang yang sesungguhnya tidak bersalah. Indonesia telah merdeka dengan segala perjuangannya, namun kemerdekaan itu seakan sirna ketika para pemimpin bangsa tidak mempedulikan rakyat kecil yang tidak memiliki kekuatan untuk tetap bertahan. Menuntut balas adalah sesuatu yang percuma. Kematian ketiga terpidana mati telah memberi penjelasan bahwa mereka adalah cermin dari ketidakberdayaan masyarakat kaum bawah terhadap kekuasan yang sulit ditembus, sekalipun itu menyangkut kebenaran. Kasus eksekusi mati Fabianus Tibo, cs telah menggugah banyak orang untuk melihat yang sesungguhnya di balik jeruji besi dunia peradilan Indonesia. Mereka adalah martir yang tak kunjung padam semangat dan perjuangnnya. Darah mereka telah mewarnai atau lebih tepatnya menodai dunia peradilan Indonesia, bukan karena mereka yang salah, tetapi karena aparat hukum sendiri yang telah menodai wajahnya sendiri dengan tindakan tak berkeprimanusiaan kepada ketiga martir dari Poso. Dunia peradilan Indonesia telah menjadi ladang empuk bagi penguasa negeri ini untuk terus menunjukkan eksistensinya. Fabianus tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu telah menuangkan darah-Nya untuk sepercik keadilan di Indonesia.

 

[1] Sekelompok massa yang sering diidentifikasikan sebagai kelompok fanatik Islam di Poso. Kelompok ini bercirikan kain putih yang diikat di kepala dan pergelangan tangan para anggotanya.
[2] Sekumpulan massa yang  sering diidentifikasikan sebagai kelompok fanatik Kristen di Poso. Kelompok ini menjebak Fabianus Tibo untuk terlibat dalam penyerangan terhadap kelompok putih.
[3] Kamus kata serapan, Martinus Surawan. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.2001

3 comments:

Yesus anjink SALIBIS GUA ORANG ISLAM LOE JANGAN BANYAK BACOT MEREKA ADALAH BUDAK IBLIS ANJINK LIHAT LOE KLO SOLAT CUMAN NYANYI NYANYI AJA KIRIK

Blog tai ayam, busuk baunya, begitu juga blogger-nya.