Wednesday, February 22, 2012

Komunikasi dalam Dunia Jurnalistik


Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain, artinya mau tidak mau manusia harus berkomunikasi satu sama lain. Hal ini mengacu pada kata Homo Socius, homo=manusia ; socius=teman. Dengan kata lain manusia diciptakan tidak dengan kesendiriannya. Dari ia lahir hingga wafatnya manusia pasti memiliki hubungan atau interaksi yang konkrit baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan manusia lain sebagai teman hidup.
Pada dasarnya manusia cenderung untuk berada di dalam wilayah aman. Maksudnya adalah setiap individu pasti mempunyai wilayah yang nyaman di mana terdapat individu lain yang memiliki hubungan dekat dengannya. Manusia cenderung enggan keluar dari wilayah nyaman itu untuk masuk ke dalam wilayah berani yang penuh dengan tantangan. Salah satu alasannya adalah manusia enggan berkomunikasi dengan individu yang belum dikenalnya.
Sebagai sebuah insan, manusia juga memiliki keinginan yang besar untuk memperoleh informasi dari dunia di sekitarnya. Hal ini mendorong seseorang untuk berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi itu sendiri adalah hubungan antara seseorang dengan yang lain dan di dalamnya terkandung suatu pesan tertentu. Menurut Davis (1981), komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain.[1]
Belajar komunikasi dapat membantu kita untuk melihat sesuatu yang tidak pernah kita lihat sebelumnya, untuk melihat apapun yang asing bagi kita setiap hari.[2] Artinya sebagai manusia kita mempunyai kemampuan untuk menerima sesuatu yang baru setiap waktu karena dunia ini bejalan dinamis. Komunikasi menjadi sarana bagi kita untuk mengolah sesuatu yang baru itu untuk kita cerna sebagai informasi yang berguna bagi kita sendiri, tentu dengan berbagai macam pertimbangan yang kita buat atas informasi tersebut.
Komunikasi mengajak seseorang untuk mempunyai kebiasaan mendengarkan. Tanpa mendengarkan, seseorang tidak mungkin dapat menyampaikan suatu pesan verbal. Berbeda cerita bila kita dihadapkan pada situasi orang tersebut mengalami cacat fisik yang mengakibatkan tidak bisa berkomunikasi secara verbal. Hal ini menguraikan bahwa komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal mengajak seseorang untuk mencari solusi atas kecenderungan manusia untuk memperoleh informasi tentang dunia di sekitarnya.
Maka dari itu setiap individu berusaha untuk saling berbagi informasi melalui berbagai media. Sejak zaman dahulu, manusia sudah berusaha menciptakan berbagai media tersebut, mulai dari menulis di kulit binatang, perkamen, batu, tanah liat dan sebagainya. Di era globalisasi ini, sarana komunikasi berkembang ke tahap jurnalistik seperti koran, majalah, bulletin atau apapun baik berupa digital maupun cetak. Namun, seringkali kita kurang memahami arti komunikasi itu sendiri termasuk komunikasi di dalam dunia jurnalistik.
Seiring berkembangnya zaman, dunia tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang sangat luas dan tidak terjangkau. Munculnya teknologi modern membuat jarak menjadi lebih mudah ditempuh oleh setiap individu. Keberadaan internet memiliki dampak yang dualisme, antara yang baik dan yang buruk. Selain dapat membantu individu dalam berkomunikasi, internet juga menggerus budaya baca melalui media cetak yang saat ini semakin jarang digunakan, padahal dengan adanya media cetak masyarakat dapat lebih dapat menangkap pesan yang disampaikan.
Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan untuk mengekspresikan dirinya. Banyak media yang dapat menampung kecenderungan tersebut, salah satunya adalah media jurnalistik. Selain itu media jurnalistik adalah sarana komunikasi yang menangkap realita sosial yang terjadi di masyarakat. Menurut Berger dan Luckmann, realitas sosial dibagi ke dalam tiga macam yaitu realitas objektif, realitas simbolik dan realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi.[3]
Realitas objektif terbentuk dari pengalaman dunia objektif yang berada di luar diri individu dan realitas tersebut dianggap sebagai suatu kenyataan. Adapun realitas simbolik adalah ekspresi simbolik dari realitas objek dalam berbagai bentuk.[4] Jadi realitas sosial tersebut menjadi lahan subur bagi dunia jurnalistik sebagai pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Dunia jurnalistik berhasil mencuri perhatian masyarakat akan pentingnya sebuah pesan yang berisi mengenai realitas yang terjadi di masyarakat.
Indonesia sebagai bangsa yang memiliki beragam suku dan budaya, memiliki potensi yang baik untuk menjadi sebuah bangsa yang penuh dengan informasi. Namun hal ini bisa menjadi bumerang bila komunikasi yang terjalin di dalamnya tidak berjalan dengan baik. Media jurnalistik memegang peranan penting dalam perkembangan masyarakat Indonesia. Banyak media yang seakan-akan berlebihan menyampaikan isi berita yang jauh dari fakta yang terjadi sebenarnya.
Secara sadar maupun tidak sadar, dunia jurnalistik dapat mempengaruhi kelangsungan hidup masyarakat. Hal ini berkaitan dengan salah satu teori komunikasi yaitu komunikasi massa. Komunikasi massa adalah bentuk institusi sosial yang merupakan suatu kumpulan individu. Denis Mcquail mengatakan bahwa komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang saja, melainkan suatu organisasi.[5] Artinya komunikasi massa melibatkan banyak orang di dalamnya yang bila tidak hati-hati dapat menimbulkan sebuah prasangka atau kehidupan yang saling bertolak belakang. Bila hal itu terjadi akan mengakibatkan konflik sosial di antara golongan. Dengan kata lain komunikasi yang terjadi di dalamnya adalah komunikasi yang tidak sejalan dengan apa yang diharapkan, yakni adanya pengertian satu sama lain.
Pesan yang disampaikan melalui media jurnalistik dapat membuat paradigma masyarakat menjadi paradigma yang sesuai dengan pesan tersebut. Masalahnya adalah nilai objektifitas dari suatu media belum tentu sesuai dengan fakta yang terjadi. Bila tidak dikritisi, hal ini dapat membuat masyarakat tidak memiliki prinsip-prinsip hidup yang hanya mengikuti isi pesan tersebut.
Sulit bagi masyarakat untuk memaknai suatu fakta kejadian bila di dalam media hanya berisi data yang mentah saja, kecuali individu tersebut telah memiliki pendidikan atau memiliki kesadaran yang cukup untuk memaknainya. Paradigma masyarakat harus diubah seiring berjalannya perkembangan kehidupan bermasayarakat di Indonesia, khususnya di dunia politik yang sekarang ini menggerus masyarakat dari segala lapisan.
Dunia jurnalistik memegang peranan yang kuat dalam kehidupan berpolitik di Indonesia. Kehidupan politik yang dinamis tersebut secara langsung dan tidak langsung memperngaruhi segala aspek kehidupan di dalam masyarakat. Butuh individu-individu yang besikap kritis terhadap dinamika yang terjadi dalam pemerintahan. Dunia jurnalistik mempunyai kemampuan untuk melakukannya sehingga realitas sosial yang terjadi dapat diterima hingga masyarakat kelas bawah.
Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa komunikasi dalam dunia jurnalistik sangat mempengaruhi pola kehidupan bermasyarakat dari segala golongan. Adanya media seperti Koran, majalah, buletin dan semacamnya mengasumsikan bahwa masyarakat membutuhkan informasi aktual mengenai situasi yang terjadi di sekitarnya. Banyak problematika kehidupan bermasyarakat yang dapat diangkat dan disoroti melalui dunia jurnalistik. Hal ini semata-mata bertujuan menciptakan masyarakat modern yang memiliki daya kritis terhadap suatu permasalahan sehingga tercipta kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat.


[2] Wood, Julia.2004.Communication theories in action.Boston:Wadsworth,hal 2
[3] Seto Wahyu Wibowo, Indiwan.2011.Semiotika komunikasi.Jakarta:Mitra Wacana Media.hal 126
[4] Ibid, hal 126
[5] Ibid, hal 126

0 comments: