Kebenaran adalah sederhana, kebenaran tidak memerlukan tipu muslihat
untuk meyakinkannya
- Seneca -
- Seneca -
Rumput-rumput bergoyang,
terhempas oleh angin sepoi kota Washington. Sebuah bis sekolah berwarna kuning
membawa siswa-siswi bersama dengan para pendamping menuju sebuah tempat.
Sepotong percakapan kecil seorang anak dan wanita dengan blazer abu-abu memulai
petualangan besar yang menggoncang Amerika Serikat.
Sebuah ballpoint dan secarik
kertas menjadi senjata bagi Rachel Amstrong (Kate Beckinsale) untuk mengungkap
sebuah rahasia Amerika. Bekerja di sebuah media massa terkenal, Capitol
Sun-Times, Rachel mendapat kesempatan untuk menulis sebuah berita mengenai hal
yang dianggap tabu oleh pemerintah.
Pagi itu kota Washington dan
seluruh pelosok Amerika gempar. Headline koran Sun-Times memuat informasi
mengenai Van Doren. Sebelumnya, tidak ada yang mengetahui siapakah orang ini.
Rachel Amstrong berhasil mengungkap fakta seorang agen rahasia CIA yang sedang
menjalankan tugas penyamaran itu. Pemerintah kelabakan. Bagaimana mungkin
sebuah rahasia Negara dapat dibocorkan kepada publik?
Sejak kejadian itu, Rachel terus diburu oleh pemerintah. Patton Dubois (Matt Dillon), seorang jaksa penutut, menjadi orang pertama dan utama yang ditugaskan untuk mengungkap dalang di balik terungkapnya fakta mengenai Van Doris. Rachel terus menerus dicecar untuk memberitahu sumber informasi berita tersebut.
Menjadi seorang wartawan membuat Rachel memegang teguh prinsip-prinsip dalam dunia jurnalisme, termasuk dalam hal melindungi narasumber. Tidak mudah bagi pemerintah untuk mendapatkan informasi dari Rachel. Ia tetap menjaga rahasia identitas narasumbernya hingga pada suatu ketika, hakim Hall (Floyd Abrams) menjebloskannya ke penjara.
Tidak
ada lagi blazer abu-abu, ballpoint, ataupun secarik kertas untuk Rachel.
Hidupnya benar-benar berubah. Tempat tidur bertingkat-tingkat dalam sebuah barak
menjadi tempat baru baginya. Rachel tak lagi dapat menikmati kebebasan, bahkan
untuk bertemu dengan anak yang sangat dicintainya, Timothy. Hubungannya dengan
sang suami, Ray Amstrong, juga semakin tidak jelas, apalagi ketia Ray telah
memiliki kekasih baru. Perubahan drastis yang terjadi dalam hidup Rachel
membuat ia depresi. Bagaimana mungkin sebuah berita membuat dirinya mengalami
semua hal yang tidak pernah dipikirkan.
Selama
dalam penjara, Rachel terus diburu oleh Jaksa Stewart Dubois. Ia selalu dipaksa
untuk memberitahu narasumber yang memberikannya informasi mengenai Van Doren.
Rachel tetap bersikeras pada pendiriannya. Ia tak mau mengungkap sosok di balik
beritanya. Hingga pada suatu ketika, hakim memutuskan untuk membebaskan Rachel
karena berpikir tak ada gunanya Rachel dalam penjara. Ia tidak akan merubah
keputusan melindungi narasumbernya.
“Wanita
ini adalah seorang kriminal karena ia melindungi seorang kriminal,” ungkap
Jaksa Stewart. Ia tidak menerima keputusan hakim. Tapi toh palu sudah diketuk.
Rachel akhirnya bebas dari penjara yang telah menjerat kebebasannya selama satu
tahun penuh.
Cerita
belum selesai, Rachel kembali dituntut dua tahun penjara oleh Jaksa Stewart. Ia
mendakwa Rachel tidak menghormati pengadilan dengan menolak menyebutkan
narasumbernya. Udara segar yang sempat dihirup kini ditarik kembali dari
kehidupannya. Semua harapan tentang Timothy, tentang Ray, tentang karirnya
melayang hingga dua tahun ke depan. Rachel kembali masuk ke dalam bui.
Seorang
wanita dengan blazer abu-abu muncul kembali dalam sebuah bayang flashback.
Wanita itu terlihat bercakap-cakap dengan seorang anak kecil yang tidak lain
adalah Allison, anak kandung dari Van Doren. Itu artinya?
***
Film
“Nothing but the Truth” mengajak kita untuk melihat sebuah hal dalam dunia ini
dari sudut pandang yang berbeda. Banyak orang di luar sana yang tidak mampu
menjaga prinsip-prinsip hidup ketika dihadapkan dalam sebuah penderitaan.
Manusia memang memiliki naluri untuk lari dari permasalahan, menjauhi resiko,
dan akhirnya terjatuh dalam jerat kehidupan yang statis.
Berbeda dari yang lain, pekerjaan sebagai wartawan menjadikan seseorang untuk berani memegang resiko yang besar ketika mengungkap sebuah rahasia, apalagi dalam hal ini adalah sebuah rahasia Negara. Seorang wartawan dituntut dalam perjudian besar antara keberanian menyuarakan fakta atau terjerembab dalam kegelisahan nurani.
Terlepas
dari pada itu, sebagai homo socius,
kita diharapkan mampu memiliki prinsip-prinsip hidup yang erat kaitannya dengan
kehidupan bersama. Satu hal yang paling mendasar adalah ketika manusia sanggup
menjalani hidup dengan prinsip kebenaran moral. Ada tiga aspek yang menjadi
rangkaian fundamen dari kebenaran moral, yakni kredibilitas, integritas, dan
kesopanan.
Kredibilitas
adalah aspek utama yang diharapkan ada dalam setiap manusia, termasuk di
dalamnya adalah seorang jurnalis. Tanpa adanya kredibilitas, aspek-aspek
kebenaran moral tidak akan tercapai dalam kehidupan. Seseorang yang memiliki
kredibilitas dipandang sebagai pribadi yang berkarakter kuat. Kesadaran etik
yang dibangun dengan pondasi kredibilitas mengandung kekuatan yang tidak mampu
digeser oleh iming-iming atau godaan tertentu. Salah satu indikator
kredibilitas yakni memegang teguh fakta-fakta yang terjadi dan menyampaikannya
dengan tanggung jawab tanpa harus takut akan resiko yang dihadapi.
Selain
itu, pribadi yang berkarakter adalah seseorang yang mampu memiliki aspek
integritas dalam dirinya. Stephen Carter mendefinisikan integritas sebagai
sebuah sikap yang mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, artinya
manusia mampu membaca segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya secara utuh,
tanpa harus terjebak pada satu sudut pandang. Dengan mengetahui hal-hal
tersebut (baik dan salah), manusia dapat mengambil sikap yang tepat terhadap
sebuah problematika kehidupan. Integritas membawa seseorang kepada kesadaran
pentingnya moralitas karena di dalamnya manusia memiliki dasar etik yang
membuat dirinya bertindak dengan nilai yang berbeda, yakni nilai kebenaran.
Satu
hal lain yang menjadikan seseorang memiliki kesadaran moral yakni civility atau kesopanan. Civility menjadi sebuah kompas bagi
manusia dalam menemukan arti moralitas yang sesungguhnya. Hal ini tidak lepas
dari keberadaan aspek civility
sebagai refleksi atas nilai-nilai utama di dalam kebanyakan agama di dunia. Kesopanan
dapat membangkitkan pengorbanan diri dan perhatian (respect) sebagai penguatan tercapainya kebenaran moral.
Pada
dasarnya, setiap orang mampu menghadirkan ketiga aspek kebenaran moral tersebut
(kredibilitas, integritas, dan kesopanan). Kecenderungan manusia untuk
memperoleh kebenaran harus diimbangi dengan kesadaran etik dalam proses
mencapainya. Kesadaran etik akan mendorong manusia mengaktualisasikan dirinya
dalam kerangka kebenaran moral tersebut. Dengan menjadikan kebenaran moral
sebagai landasan hidup, manusia dianggap mampu menjalani proses pembentukan
karakter dalam kawah candradimuka, artinya manusia mampu hidup bersama dengan
manusia lain yang tidak mungkin tidak mengandung problematika sosial.
Manusia
dengan kesadaran moral adalah manusia yang memiliki suara hati. Dalam kesadaran
moral, manusia sadar bahwa ia mutlak untuk memilih yang benar. Akar dari
kesadaran moral adalah hati nurani, yaitu kesadaran di dasar hati bahwa kita harus
memilih yang baik, jujur, adil, dan seterusnya. Kesadaran itu kita sadari
langsung sebagai jawaban terhadap suatu tuntutan dari sebuah realitas yang kita
hadapi, yang daripadanya kita tidak dapat lari, di mana sikap terhadapnya
menentukan mutu kita sebagai manusia.
Seorang
jurnalis seperti Rachel Amstrong, baik sadar maupun tidak sadar, telah memiliki
ketiga aspek kebenaran moral tersebut sehingga apapun resiko yang dihadapinya,
ia tetap memegang teguh prinsip-prinsip jurnalismenya, yakni dengan tidak
mengatakan narasumbernya yang tidak lain adalah Allison, teman satu sekolah
anaknya, Timoty, yang sekaligus adalah anak dari Van Doren sendiri. Rachel
telah menunjukkan bahwa kesadaran etik membawanya sampai pada kebenaran moral
yang menjadikan dirinya sebagai pribadi yang rela berkorban demi sebuah
keyakinan.
Semoga
saja kita semua mampu menjadikan diri kita sebagai pribadi yang memiliki
kesadaran akan kebenaran moral, menjadikan kesadaran etik sebagai pendorong
aktualisasi diri yang positif, dan dapat menjalani proses kehidupan dengan
nilai-nilai yang luhur. Kebenaran adalah
sebuah kesederhanaan yang tidak
memerlukan tipu muslihat untuk meyakinkannya.
Mungkin
review ini dapat diakhiri dengan melupakan siapa penulis artikel ini yang
terlihat sok bijak, sok kritis, sok pintar, dan sok berbobot. Penulis hanya
seorang mahasiswa yang tidak memiliki banyak pengetahuan dan belum memiliki banyak pengalaman menjalani
kehidupan seperti halnya John Henry Newman, Seneca, atau Hugo Chaves yang
menjadi bagian dalam sejarah dunia.
Selasa, 6 Maret 2013
Ketika Presiden Venezuela menghembuskan nafas
terakhir
Ad Maiorem Dei Gloriam
0 comments:
Post a Comment